Sabtu, 05 Juni 2010

2. Pembahasan
A. Gejala dan tanda penyakit
Penyakit Zoosecidia pada daun mangga disebabkan kutu daun. Pathogen ini mempunyai tipe parasit fakultatif dengan mekanisme nekrotropik. Tipe gejalanya yaitu hiperplasis, ditandai dengan gejala munculnya bintil-bintil berwarna hitam pada permukaan daun. Daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan.
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintil hijau sampai kehitaman pada permukaan daun mangga. Jika bntil tersebut disayat maka akan ditemukan larva kecil berwarna putih sepanjang 1 - 2 mm. Penyakit ini disebabkan oleh diinjeksikannya telur lalat betina pada jaringan daun mangga muda menggunakan alat bertelur (ovipositor). Sekali bertelur seekor lalat betina dapat mengeluarkan 100 - 250 butir telur. Dalam waktu 2 - 3 hari telur akan menetas menjadi larva yang menghisap cairan daun. Setelah 10 - 14 hari, larva akan membuat lubang pada bintil untuk menjatuhkan diri ke tanah untuk membuat kepompong selama 8 - 12 hari yang akan menjadi lalat muda Procontarinia matteiana (Anonim, 2010).
Penyakit sapu (witches broom) pada kacang tanah adalah penyakit yang disebabkan pathogen yang masuk dalam spesies Alterina porri dan kelas Deuteromycetes, tipe parasit ini adalah obligat dengan mekanisme biotropik. Tipe gejala pada penyakit yang menyerang pada kacang tanah ini adalah hipoplastis dan hiperplasis. Gejala hipoplasis ditunjukkan dengan pertumbuhan tunas yang kerdil, sedangkan gejala hiperplasis ditunjukkan dengan pertumbuhan tunas yang banyak. Ukuran daun menjadi lebih kecil dan lebih sempit, jarak ruas-ruas pada batang kacang tanah ini menjadi lebih pendek dibanding tanaman yang sehat.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditas penting bukan hanya sebagai sumber protein nabati tetapi juga sebagai sumber pendapatan bagi petani. Komoditas ini diusahakan di lahan kering dan sawah tadah hujan sebesar 70% dan yang diusahakan di lahan sawah hanya mencapai 30%. Permintaan kacang tanah dari tahun 1988 hingga 2010 mengalami peningkatan sebesar 1,45% per taliun (Marwan, 1993)
Penyakit karat daun kacang tanah disebabkan Puccinia arachidis yang masuk dalam kelas Basidiomycetes. Parasit ini adalah bertipe fakultatif dengan mekanisme nekrotopik. Daun kacang yang terkena Cercospora arachidicola ditandai dengan adanya bintik-bintik kecil berwarna oranye kecoklatan pada permukaan daun bagian bawah. Apabila serangan lebih parah, pada permukaan daun bagian bawah akan mengering dan daunnya tidak gugur dan masih berada pada tangkainya. Tipe gejala pada daun kacang tanah ini termasuk tipe gejala nekrosis.
Gejala penyakit karat pada daun kacang tanah diawali dengan timbulnya bercak kecil merah kecoklatan padadaun. Jika serangan berat daun akan berguguran, akibatnya produksi kacang menurun. Serangan terutama terjadi pada cuaca lembab (Tjahjadi, 1999).
Pada wortel (Dacus carota), penyakit yang sering dijumpai adalah busuk lunak (soft rot). Bakteri yang menyebabkan penyakit busuk pada wortel adalah Erwinia carota. Patogen menyerang tanaman sejak dari persemaianhingga dipenyimpanan. Gejala dari penyakit ini adalah busuk, berlendir yang merupakan gejala khas serangan bakteri.
Tipe parasit fakultatif dengan meknisme nekrotropik. Tipe gejala nekrosis dan gejala yang timbul yaitu permukaan wortel membusuk, mengandung air (cairan) berwarna putih dan berbau tidak enak. Patogen menyerang tanaman sejak dari persemaian hingga di tempat penyimpanan. Patogen menginfeksi tanaman melalui luka, baik luka karena serangga, nematoda atau karena ulah manusia sewaktu mengadakan pendangiran (pembumbunan). (Tjahyadi, 2005)
Kebusukan yang terjadi pada wortel biasanya berbau tidak sedap akibat terjadinya kerusakan jaringan tanaman. . Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka) dan mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke sel-sel sekelompoknya dan melarutkan midel lamela dinding sel. Hal ini diikuti oleh plasmolisa dan kematian sel. Jadi bakteri lebih cenderung hidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-sel yang masih hidup (Ratna, 2005)
Penyakit busuk pada buah apel (Malus silvestris) disebabkan oleh pathogen dari jenis Gleosporium sp. Gleosporium sp. tergolong dalam kelas Deuteromycetes, dengan tipe parasit fakultatif dan mekanisme nekrotop. Tipe gejala yang tejadi adalah tipe gejala nekrosis yaitu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas dan akhirnya oleh kematian sel, jaringan atau tubuh tumbuhan secara keseluruhan.
Kacang tanah juga dapat terserang penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Cercospora arachidicola yang masuk dalam kelas Deuteromycetes. Parasit ini adalah bertipe fakultatif dengan mekanisme nekrotopik. Daun kacang yang terkena Cercospora arachidicola ditandai dengan adanya bintik-bintik hitam yang cukup besar pada daun (bercak daun) berwarna kuning kecoklatan. Tipe gejalanya yakni nekrosis. Kerusakan diawali dengan munculnya bintik hitam kecil di permukaan daun yang kemudian membesar dan melebar. Pada akhirnya, becak tersebut berlubang akibat kerusakan parah yang terjadi pada bagian tersebut.
Penyakit bercak daun pada tanaman dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O. Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman (Eldriadi, 2009).
Spora Puccinia arachidis merupakan fase spora parasit jamur pada tanaman kacang tanah penyebab penyakit karat daun. Spora jamur ini merupakan jenis bassidiomycetes dengan ciri utama hifa yang bersekat. Tipe parasit ini adalah obligat yang menempel pada inangnya. Sedangkan mekanisme menyerangnya adalah biotropik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Laboratorium, ciri morfologis yang dapat dilihat dari Konidia Cercospora arachidicola adalah terlihat bentuk konidia dengan bentuk memanjang dengan sekat melintang di sepanjang tubuh konidia. Jamur ini merupakan jenis jamur deuteromycetes. Tipe parasi ini adalah fakultatif yakni tidak hanya menggantungkan hidupnya pada satu jenis inang saja. Mekanisme serangannya bersifat nekrotropik yaitu dengan cara membunuh sel inang untuk mendapatkan makanan.
Sporangium Phytopthora menyebabkan penyakit bercak pada daun kentang (Solanum tuberosum). Pathogen tersebut memiliki ciri morfologis berbentuk oval mempunyai membran tipis transparan dan didalamnya terdapat spora. Phytopthora termasuk dalam kelas Protomycetes dan bertipe parasit fakultatif. Sedangkan mekanisme penyerangannya adalah nekrotropik atau membunuh jaringan dan sel untuk mendapatkan makanan.
Mosaik adalah gejala daun yang memperlihatkan banyak daerah kecil berubah warna, yang kontras dengan warna asalnya dan cenderung berupa lingkaran terang seperti cincin. Pola bagian hijau yang bersiku kontras dengan warna kuning; daerah yang dikelilingi cincin klorotik yang memberikan mosaik kuning di atas warna hijau. Bila daerah warna yang berbeda menyatu, akan menghasilkan gejala belang ( Duriat, 1996)
Penyakit mozaik tembakau dengan tipe gejala hipoplasis dan tanaman inangnya adalah tembakau. Daun yang terserang penyakit ini berwarna hijau yang semakin memudar karena klorofilnya berkurang. Penyakit mozaik tembakau disebabkan adanya virus Marmon Mozaik Holmes yang disebut sebagai Nicotina virus (TMV) yang termasuk kelas Rhadshaped ss RNA. Parasit ini bertipe obligat dengan mekanisme biotropik. Virus ini mempunyai titik inaktivasi pemanasan dengan 94 derajat celcius. Dalam daun tembakau virus tahan sampai puluhan tahun dan virus ini berbentuk batang-batang yang panjangnya 280 nm dan tebal kurang lebih 15 nm (Semangun, 1989).
Virus TMV memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil dengan bentuk dominan adalah batang serta tidak beraturan. Tipe parasit dari pathogen tersebut adalah parasit obligat atau parasit sejati. Sedangkan mekanisme penyerangan dengan cara biotropik yaitu tanpa membunuh sel jaringan inang namun memanfaatkan sel tersebut untuk berproduksi menghasilkan apa yang dibutuhkan oleh virus tersebut.
Konidia Jamur Alternaria porii menyebabkan penyakit bercak ungu pada daun bawang. Gejala penyakit yang muncul mula-mula terjadi pada daun, terutama daun tua, berupa bercak-bercak kecil, melekuk, berwarna putih hingga kelabu. Jika membesar, bercak tersebut tampak bercincin, berwarna agak keunguan, tepinya agak kemerahan atau keunguan, dikelilingi oleh lingkaran berwarna kuning yang dapat meluas agak jauh dari bercak (Endah dan Novizan, 2002)
Pathogen tersebut memiliki ciri morfologis bentuk memanjang dengan sekat melintang dan membujur serta sekat tersebut terpola teratur. Alternaria porii merupakan golongan kelas deuteromycetes yang bertipe parasit fakultatif serta memiliki mekanisme penyerangan adalah nekrotropik atau membunuh sel dan jaringan untuk mendapatkan makanan.
Xanthomonas comprestis pv citri memiliki ciri morfologis antara lain berbentuk batang dengan sel panjang seperti ekor pada ujung sel. Xanthomonas comprestis pv citri termasuk dalam kelas protobacteria dan bertipe parasit fakultatif atau sebagian menyerang inang untuk mendapatkan makanan Mekanisme penyerangan Xanthomonas comprestis pv citri adalah secara nekrotropik atau membunuh sel dan jaringan. Tanaman inang dari bakteri ini adalah tanaman jeruk.
B. Medium Biakan
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Sutedji, 1991). Media biakan adalah media steril yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media biakan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Soeryowinoto, 1985).
Sebelum menumbuhkan mikroorganisme dengan sebaik-baiknya, pertama-tama anda harus dapat memahami kebutuhan dasarnya lalu mencoba memformulasikan suatu medium yang memberikan hasil yang terbaik. Yang dimaksud dengan medium disini adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Sebenarnya tidak ada satu macam medium pun yang cocok untuk setiap cendawan berbeda-beda. Beberapa cendawan dapat tumbuh dengan baik pada setiap macam medium yamg mengandung beberapa bahan organik, cendawan yang lain memerlukan zat-zat kimia tertentu (Hadiotomo,1993).
Pembuatan medium biakan bertujuan untuk membuat lingkungan yang steril yang digunakan untuk mengambangbiakkan pathogen yang menyerang suatu tanaman untuk diteliti lebih lanjut. Selain itu, pembuatan medium biakan digunakan juga untuk merealisasikan prinsip postulat koch yaitu organisme yang dapat menyebabkan penyakit harus diisolasi atau dibiakkan secara murni. Prinsip ini hanya dapat dilakukan pada parasir fakultatif.
Bahan yang digunakan untuk membuat medium bikan pada praktikum tersebu dengan menggunakan kentang sebagai bahan utama. Bagian kentang yang digunakan adalah sari patinya karena selain mengandung ekstrak mineral juga mengandung pati (amilum) yang merupakan bentuk dari polysakarida sebagai tambahan makanan biakan. Glukosa yang digunakan adalah gula pasir, karena banyak tersedia dan harganya lebih murah. Media PDA (Potato Dextrosa Agar) merupakan medium semi sintetik. Organisme menyerap karbohidrat dari ekstrak kentang dan gula serta dari agar yang telah bercampur. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kentang harus di potong dadu, agar karbohidrat di kentang dapat keluar dan menyatu dengan air sehingga menjadi ekstrak. Semakin kecil permukaan, maka semakin besar daya osmosisnya.
Pensterilan dilakukan dengan otoklaf pada suhu 1200 selama kurang lebih 25 menit dengan tekanan sebesar 1 atmosfir. Suhu ini merupakan ketetapan, karena umumnya organisme tidak dapat bertahan hidup pada suhu dan waktu tersebut.
Penggunaan medium agar merupaka medium yangs sangat cocok bagi suatu mikroorganisme. Hal tersebut dikarenakan nutrisi yang terkandung dalam media tersebut mencukupi untuk kebutuhan mikroorganisme berkembang biak. Selain itu, agar juga mengandung air yang berguna bagi sistem transportasi mikroorganisme sehingga nutrisi dapat terserap secara optimal.
C. Isolasi dan Inokulasi
Isolasi adalah suatu usaha untuk memisahkan atau mengasingkan suatu macam organisme dari suatu bahan sehingga organisme tesebut dapat dipelihara secara murni. Patogen tanaman seringkali diisolasi dari jaringan-jaringan sakit an beberapa di antaranya dapat diisolasi dari tanah. Hal yang terpenting dari pekerjaan isolasi adalah bahwa patogen diletakkan pada lingkungan baru yang sesuai untuk perkembangannya, sert dapat mengatasi mikroorganismekompetitor yang bersifat saprofit. Umumnya, patogen-patogen yang menginfeksi tanah lebih sulit diisolasi dibandingkan dengan patogen yang menginfeksi jaringan hidup.
Prinsip dari isolasi mikrobia adalah memisahkan suatu jenis mikrobia dengan mikrobia lain yang berasal dari jenis mikrobia tercampur, dengan menumbuhkan pada media padat. Bila sel tersebut terperangkap oleh media padat pada beberapa di tempat terpisah, maka setiap tempat kumpulan sel akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah pula, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. Selanjutnya sel-sel tersebut dipisahkan dan ditumbuhkan atau dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang ditempatkan terpisah. (Mulyani, 1991)
Isolasi bakteri menggunakan umbi wortel yang terinfeksi bakteri penyebab busuk basah. Sebelum diisolasi, terlebih dahulu dibuat suspensi dari bagian wortel yang terinfeksi dengan cara mengambil sebagian dari bagian yang busuk dan melarutkannnya ke dalam air destilata hingga berwarna keruh. Setelah itu, dengan jarum ose dioleskan larutan pada media secara zig zag. Selama proses selalu diiringi dengan pensterilan. Setelah masa inkubasi selama 4 hari, dari media tersebut mencul lendir pada bagian zig zag tersebut. Bakteri yang menyebabkan busuk disebut Erwinia carotovara. Bakteri ini masuk ke dalam jaringan inangnya melalui pori air pada umbi wortel.
Pada isolasi jamur untuk jaringan tipis digunakan tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) yang diambil pada bagian daunnya, terutama daun yang mengandung penyakit bercak daun (Cercospora sp). Sebelumnya, daun yang mengandung bercak terlebih dahulu direndam dalam larutan sublimat 0,1 % selama beberapa detik. Perendaman ini bertujuan agar tidak terdapat organisme lain yang ikut tumbuh dalam media PDA selain penyebab bercak daun. Setelah dibiarkan dalam masa inkubasi selama 4 hari, maka mulai muncul hifa yang berwarna putih dari bagia yang mengalami sakit.
Inokulasi dapat diartikan sebagai pemindahan inokulum dari suatu sumber atau dalam suatu bagian tumbuhan inangnya. Lokasi dimana tanaman suatu tanaman peka terhadap mulainya infeksi disebut infection court. Contoh inokulum adalah suatu spora jamur, patogen miselium jamur, sel bakteri, dan sebagainya. Partikel-partikel virus, nematoda, biji-biji tanaman parasitik juga termasuk dalam inokulum.
Pada inokulasi melalui luka, digunakan media buah apel yang terinfeksi. Apel yang masih sehat ditusuk-tusuk dan diberi inokulum berupa Fusarium spp. Setelah dibiarkan selama 4 hari, maka apel yang diberi Fusarium spp mulai terinfeksi sedangkan apel kontrol masih tetap sehat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa patogen dapat menginfeksi tanaman melalui luka yang terjadi pada tubuh tanaman tersebut.
Inokulasi melalui penetrasi langsung menggunakan tanaman inang wortel. Hampir sama dengan perlakuan pada apel, umbi wortel ditusuk-tusuk, namun setelah itu dikeringkan pada kertas saring, setelah itu suspensi diteteskan pada wortel dalam petridish. Medium dibalut dengan kapas untuk menghindari kontaminasi dari organisme lain dan disimpan dalam petridish. Sedangkan pada wotel kontrol hanya ditetesi dengan air destilata. Setelah masa inkubasi selama 4 hari, wortel yang diinokulasikan menjadi busuk, berlendir, dan warnanya menjadi coklat kehitaman. Sedangkan untuk kontrol tetap sehat hanya terdapat sedikit lendir, hal tersebut mengindikasikan bahwa bakteri dapat menembus langsung jaringan inangnya.




















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Bintil Daun Mangga. www.lembahpinus.com. Diakses pada 12 Mei 2010.
Eldriadi, Yandri. 2009. Organisme Pengganggu Tanaman. Fakultas Pertanian Ilmu Hama dan Tanaman. Universitas Andalas. Padang.
Endah H, Joesidan Novizan. 2002. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Marwan. 1993. Strategi dan Langkah Operasional Pembangunan Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Makalah Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Pslitbangtan Bogor.
Mulyani. 1991. Dasar-dasar Mikrobiologi Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya
Ratna, A. 2005. Mikrobiologi. http//www. indonext. com. Diakses pada tanggal 10 Mei 2010 pada pukul 19.00 WIB.
Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Semangun, Haryono. 1989. Tanaman Hortikultura di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Suryowinoto,M., 1985, Budidaya Jaringan dan Manfaatnya, Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta
Sutedji, M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta : Jakarta.
Tjahjadi, N. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman Semusim. Kanisius. Yogyakarta.
Tjahjadi, N. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Posting ini telah dilihat sebanyak (kali)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar